Ketika Hukum dan Keadilan Tidak Untuk Rakyat, Hanya Bersuara yang mampu dilakukan untuk Ringankan Beban

Rabu, 07 Desember 2011

Lelaki Bakar Diri Di Depan Istana Merdeka

Kamis, 8 Desember 2011 - 0:23 WIB
| More
Lelaki Bakar Diri Di Depan Istana Merdeka
GAMBIR (Pos Kota) –  Istana Merdeka di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat menjadi saksi bisu aksi nekat seorang pria. Di depan istana, tempat  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkantor, ia membakar diri. Mengejutkan, ulah pria ini dilakukan dihadapan puluhan petugas keamanan yang baru selesai mengawasi unjuk rasa pamong desa dari berbagai daerah, Rabu (7/12) petang.
Pria bakar diri itu belum diketahui nama dan tempat tinggalnya. Petugas Polsek Gambir yang menangani kasus ini mencatat, usia lelaki ini diperkirakan 30 tahun hingga 35 tahun. Besar dugaan, pria ini bagian dari pamong desa yang mengelar demo dan mendesak Presiden SBY tak menggantung RUU Desa dan menjadikan mereka sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dugaan korban bagian dari pesereta demo, masih  dalam penyelidikan polisi.
Keterangan yang didapat, percobaan bunuh diri dengan membakar tubuh di depan  Istana Merdeka itu terjadi sekitar Pk. 17:30. Melihat aksi nekar pria tersebut, puluhan petugas Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan polisi bergegas menolong korban. Mereka memadamkan api yang menyala di tubuh pria itu dengan menyiram air dari minuman mineral dan toilet umum.
Selanjutnya, pria yang sekarat itu dilarikan ke RSCM untuk mendapat pertolongan. Pakaian biru dongker yang dikenakannya habis terbakar, sebagian melekat di kulit. Tetapi, sepatunya yang merupakan sepatu Pakaian Dinas Lapangan (PDL) tak tersentuh api. Wajah pria itu melepuh sulit dikenali. Polisi menyita tiga botol minuman mineral bekas bensin serta korek api gas yang digunakan korban untuk membakar diri.
Wawan, pedagang minuman, mengatakan perisitiwa bakar diri itu berlangsung cepat sekali. “Saya lihat ada kobaran api besar di depan istana,” katanya. Ia mengaku tak mengenal pria itu. Tapi ia meyakini korban bukan bagian dari pengunjuk rasa, karena saat itu demo terakhir yang dilakukan pamong desa yang berseragam coklat yang bersatu dalam Persatuan Rakyat Desa (perade) itu  sudah bubar satu jam sebelumnya.
Sehari sebekumnya, pamong desa mendatangi DPR RI. Mereka minta Presiden SBY tak mengantung RUU Desa, sebab wakil rakyat sudah menyurati  presiden tapi tak digubris. Mereka minta dijadikan pegawai negeri sipil (PNS) karena sudah bertahun-tahun mengabdi tapi tak juga dianggat seagai pegawai negeri (Pos Kota, 7/12).
Seorang polantas yang bertugas di sekitar istana menyebutkan, sebelum beraksi, korban berjalan kaki dari Jalan Medan Merdeka Barat dengan badan basah. “Bisa jadi badannya itu basah karena bensin,” katanya, “tapi yang jelas sampai di depan istana ia langsung membakar diri.”
Menurutnya, pria berbaju biru dongker itu menyalakan korek lalu menelungkupkan diri. “Dia tak bicara apapun bahkan tak berteriak kesakitan waktu terbakar,” katanya. Petugas polantas ini mengaku  berlari berupaya menolong.
Mendapat kabar aksi bakar diri, Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol. AR Yoyol, datang ke lokasi. Ia mengatakan tidak ada kaitan antara kejadian itu dengan demonstrasi yang sebelumnya digelar di depan Istana Merdeka. Menurut kapolres, korban luka bakar 98 persen.
“Sebelum mengetahui motifnya, kami akan cari tahu identitas korban. Kasus bakar diri ini tak ada kaitannya dengan unjuk rasa karena massa telah meninggalkan lokasi jauh sebelum kejadian itu,” ungkapnya di RSCM.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol.Baharudin Jafar, mengatakan masih mendalami dan mencari tahu identitas korban. “Sejauh ini baru keterangan saksi-saksi, karena korban belum bisa dimintai keterangan,” katanya. Bagi keluarga yang kehilangan anggotanya, sambungya, juga dapat melapor ke polisi.
BUKAN SEPATU BIASA
Kanit Reskrim Polsek Gambir, Kompol Taufiq Asri Mansur, mengakui bentuk sepatu yang dikenakan korban adalah bagian dari perangkat PDL yang biasa digunakan TNI, Polri, Satpol PP dan petugas keamanan semisal satpam. Sepatu itu mestinya tak bisa dibeli sembarangan karena ada mekanisme tertentu yang harus ditaati.     “Kami masih menyelidiki kemungkinan korban itu petugas atau bukan tetapi sekarang ini sepatu seperti itu bisa dibeli dimana saja,” ungkapnya.
Sementara itu, Aep Syaifudin, petugas Posko Kantor Walikota Jakarta Pusat, mengatakan belum ada laporan anggota Satpol  PP yang hilang. “Sejauh ini, semua petugas di kawasan Monas lengkap,” ujarnya. “Satpol PP juga tak lagi berseragam biru dongker tetapi coklat.”
PESAN PERJUANGAN
Sekitar Pk. 22:00, puluhan mahassiwa yang tergabung dalam Jaringan Kampus menggelar aksi solidaritas pada korban bakar diri di depan IGD RSCM Jl. Diponegoro, Jakpus. Membawa bunga mawar, mereka meneriakkan dukungan pada aksi korban yang dianggap sebagai bentuk kekecewaan pada pemerintahan SBY-Boediono.
“Aksi bakar diri di depan istana menunjukkan  kekecewaan pada pemerintah. Bakal ada lagi aksi anarkis lain,” ujar Jati, pengunjuk rasa. “Kami tak mengenalnya dan tak tahu motifnya.  Tapi dia adalah pahlawan.”
Tindakan sadis dengan menyakiti diri sendiri seperti yang ditunjukkan pria misterius yang membakar dirinya di depan Istana Merdeka itu merupakan ungkapan rasa frutasi. “itu puncak dari frustasinya. Bisa jadi selama ini ia berupaya mengungkapkan apa yang dirasa tetapi selalu terabaikan hingga berbuat nekat sebagai cara menarik perhatian,” analisa  Reza Indragiri, psikolog forensik.
Menurutnya, tindakan itu adalah simbol yang dipilih korban atas perjuangannya yang tak mendapat sambutan sesuai harapannya. “Mungkin saja  di balik tindakan sadis itu korban menunjukkan sebuah pesan tertentu. Polisi bisa megetahuinya dengan mencari kegiatan korban selama ini,” katanya.  (deny/silaen/yahya/yp/r)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar