Ketika Hukum dan Keadilan Tidak Untuk Rakyat, Hanya Bersuara yang mampu dilakukan untuk Ringankan Beban

Selasa, 27 Desember 2011

Inilah Pengakuan Korban Penembakan Dalam Peristiwa di Pelabuhan Sape-Bima-NT

Liputan Relawan Komunitas Menuju Indonesia Bermartabat(MIB) Langsung dari lokasi kejadian

Dua orang aktivis Forum Rakyat Anti-tambang (FRAT) yang menjadi korban penembakan polisi saat menggelar aksi damai di pelabuhan Sape-Bima-NTB, yaitu Sahabudin (31) warga Desa Soro, Kecamatan Lambu yang terkena tembakan di bawah lutut kirinya, dan Awaludin Anas (22) warga asal Desa Rato Kecamatan Lambu yang terkena tembakan di bawah lutut kaki kanannya, mengungkapkan persaksiannya (testimoni):

Sahabudin :
Luka tembak yang saya alami terjadi pada saat saya dan tmn2 sedang melakukan aksi damai di kawasan pelabuhan Sape-Bima-NTB. Saat peristiwa pembubaran paksa itu terjadi, saya dan tmn2 banyak yang lari tunggang-langgang karena dikejar dan dipukuli oleh aparat kepolisian. Saya tidak ingat persisnya, tiba-tiba kaki saya sebelah kiri terasa sakit. Terutama di bagian bawah lutut. Saya melihat ada darah segar mengucur dengan deras dari bekas luka yang ternyata akibat terkena peluru. Posisi saya saat itu dekat dengan wilayah pelabuhan penyeberangan Sape. Dalam keadaan sedang terluka itu, setelah mengalami beberapa kali pukulan dan tendangan sepatu petugas kepolisian, saya kemudian tidak sadarkan diri lagi. Bangun2, saya sdh berada di rumah sakit, dan peluru yang bersarang di bawah lutut kaki kiri saya sudah dikeluarkan pada hari Ahad (25/12/11).

Awaludin Anas :
Saya tidak ingat persis bagaimana jalan ceritanya sehingga kaki kanan saya sampai ditembak oleh aparat kepolisian yang menyerang saya dan warga saat melakukan aksi damai di pelabuhan Sape-Bima-NTB. Saya juga tidak tahu dan tidak mengenali siapa yang telah menembak kaki saya, sebab suasananya saat itu sedang kacau-balau. Seluruh peserta demo banyak yang berlari karena diserang dan dipukuli oleh polisi yang berpakaian dinas dan yang tak menggunakan pakaian lengkap (preman). Saya sendiri saat itu ikut-ikutan menyelamatkan diri dari kejaran dan pukulan aparat. Tapi, tak lama setelah penyerangan itu terjadi, saya pun terjatuh tak jauh dari lokasi pelabuhan Sape. Ada beberapa polisi yang menendang dan memukul saya serta menyeret saya. Selang beberapa menit kemudian, saya pun pingsan. Sadarnya ketika sudah berada di rumah sakit.

Soal Keberadaan Tambang:

Sahabudin dan Awaludin Anas : Kami dan semua warga yang berada di daerah kecamatan Lambu menolak tambang di daerah kami. Kami juga meminta Bupati Bima, Ferry Zulkarnain, yang memberikan izin penambangan emas PT Sumber Mineral Nusantara dengan terbitnya Surat Keputusan Nomor 188/45/357/004 Tahun 2010 utk segera mencabut dan menghentikannya. Biarkanlah kami hidup sesuai dengan keinginan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar